Saya ingin berbagi ide yang muncul di kepala saya setelah saya membaca sebuah kisah. Topik ini bertujuan untuk membuka pemikiran kita, membawa sesuatu yang kita yakini menjadi sebuah pertanyaan.
Please enjoy the reading!
Berikut satu cerita yang sangat bagus, yang saya baca dari buku karya, Michael C. Tang " Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik". Berikut ceritanya :
Disiplin Diri
Suatu hari ketika pasukannya sedang melewati landang gandum, Cao Cao mengeluarkan perintah bahwa siapa pun yang merusak tanaman akan dihukum mati. Semua prajurit turun dari kuda dan berjalan. Tetapi kudanya sendiri berlari menuju ladang dan menyebabkan kerusakan parah pada tanaman gandum. Cao memanggil petugas hukumnya untuk menghukumnya. Tetapi sebuah pasukan tidak dapat maju tanpa komandan kepala.
"Saya yag membuat peraturan" kata Cao. "Jika saya tidak dihukum, bagaimana saya mengharapkan yang lain mengikuti saya?"
Dia memotong rambutnya dengan pedangnya sebagai hukuman atas dirinya sendiri dan dipertontonkan di depan prajurit-prajuritnya, sebagai simbol kepalanya.
dikutip sepenuhnya sesuai dengan buku versi bahasa Indonesia pada halaman 201.
Makna dari cerita diatas sangatlah jelas, bahwa seorang pemimpin perlu menjadi contoh panutan bagi pengikutnya. Ketika selesai membaca kisah ini, saya teringat dengan berbagai permasalahan kepimpinan.
Indonesia sebagai negara, seperti yang banyak mengetahuinya bahwa tidak sedikit pemimpin baik itu pemimpin tingkat daerah atau tingkat pusat, ketika masih berkampanye dalam pemilu, selalu mengumbar janji-janji dan segala perencanaan yang akan dilakukan. Namun ketika berhasil dipilih, tidak sedikit diantara janji-janji yang digembar-gemborkan sebelumnya, dilupakan begitu saja.
Mari ke contoh yang lebih kecil, yaitu perusahaan. Saya teringat dengan pengalaman ketika saya masih bekerja diperusahaan. Di perusahaan tersebut, biaya yang bersifat pribadi tidak diizinkan untuk diklaim ke biaya perusahaan. Seperti biaya makan siang, biaya bahan bakar kendaraan. Yang saya lihat, peraturan itu hanya berlaku bagi karyawan, sementara sang direktur (sekaligus pemilik perusahaan) setiap datang ke kantor (sang direktur tidak bertempat tetap di Medan) melayangkan klaim biaya makan siangnya dan biaya bahan bakar kendaraan pribadinya.
Menurut saya, itu adalah hal kecil yang kurang pantas dilakukan. Walaupun dari sisi dang direktur mungkin menganggap bahwa dia berkerja demi perusahaan siang dan malam, sehingga dia pantas melakukan klaim biaya itu. Perlu dipahami bahwa, siapa yang peduli alasan dia, karyawan dapat diibaratkan prajurit. Mereka percaya dan meyakini apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan, bukan apa yang mereka pikirkan.
Selain itu, sang direktur setiap datang ke kantor, tidak pernah sesuai dengan jam masuk kantor yaitu 8.30 pagi. Terkadang jam 10an pagi atau setelah siang. Terlepas dari alasan dia, bahwa dia sibuk dengan pekerjaan lain di kantor yang lain. Itu juga bukan suatu contoh yang baik. Karyawan akan selalu merasa iri dengan sang direktur, dan merasakan adanya ketidakadilan.
Pemimpin yang dapat turun dan menjalankan peraturan dengan disiplin bersama dengan bawahannya, akan mendapat rasa hormat dan segan dari bawahannya. Bawahannya akan merasa bahwa dia bukan seorang diri dalam ketidaknyamanan. Bawahan akan setia kepada pemimpinnya baik dimasa yang sulit sekalipun. Bawahannya bahkan dapat siap mengorbankan harta pribadi dan waktu yang dimilikinya demi pemimpinnya dan perusahaan. Berikut kutipan dari buku yang sama :
Seorang jendral yang bagus seharusnya mampu memberi komando sejumlah prajurit seperti memberi komando kepada satu orang. Dia sering mengobrol dengan prajuritnya untuk menciptakan rasa saling percaya. Ketika jenderal memperlakukan prajuritnya seperti anaknya sendiri, mereka akan berada disekelilingnya kemana pun pun dia pergi, meskipun dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Pada saat yang sama, dia harus menjalankan otoritasnya dan selalu konsisten. Dia dapat dimusuhi tentaranya jika dia menghukum mereka sebelum mereka mendapat kesempatan untuk mengenalnya dan membangun rasa percaya kepadanya. Hal ini mengacu kepada ketidaksetiaan. (halaman 137 versi bahasa Indonesia)
Lalu anda bertanya, "apanya yang tidak adil, direktur punya tanggung jawab yang lebih besar, dan punya pekerjaan yang lebih sulit dan banyak, jadi dia berhak mendapat perlakukan yang istimewa." Ya, di satu sisi, saya pribadi setuju dengan pernyataan itu namun di sisi lain, bahwa direktur pada posisinya, kalau dia berhasil dalam tugasnya dia mendapat penghargaan, reward, bonus, dan hadiah lainnya yang jauh lebih banyak daripada karyawannya. Dan jika perusahaan sukses dia yang dikenal banyak orang, bukan karyawan yang dikenal. Jadi dia sudah mendapat imbal hasil sesuai dengan bobot beban kerjanya. Sehingga, menurut saya pribadi, tidaklah benar jika dia mendapat pengecualian. Menurut saya pribadi, tidak ada pengecualian bagi pembentukan kedisiplinan dan budaya organisasi yang baik, terlepas apapun posisi dan seberapa penting posisi anda.
Contoh lebih kecil adalah keluarga. Saya rasa tidak perlu memberi banyak contoh dalam keluarga, karena saya yakin anda juga pasti pernah merasakan yang namanya ketidakadilan dalam keluarga. Orang tua yang semena-mena, dengan alasan bahwa orangtua yang menafkahi anak, orang tua yang membesarkan anak atau alasan lainnya. Menurut saya, seorang anak berhak mendapat kebebasan dan hak seperti orang tuanya. Tidak benar seorang anak harus terikat sepenuhnya seperti apa pun keinginan orangtuanya. Seorang anak tidak mengharapkan dirinya lahir di dunia, orangtua-lah yang berdasarkan keinginan pribadi mereka, menginginkan lahir seorang anak. Jadi sudah sewajarnya, orang tua bertanggungjawab atas keinginan pribadi mereka. Semua orang berhak atas kebebasan, hak dan kewajiban yang adil dan setimpal.
Memimpin sebuah organisasi atau perusahaan, sama repotnya dengan memimpin sebuah negara, dan sama repotnya memimpin sebuah keluarga.
Karena komponen inti dari kepimpinan adalah manusia.
Sekian dari topik kali ini. Semua pendapat diatas adalah pendapat pribadi, dan atas asas kebebasan berpendapat. Penggunaan yang tidak benar sehingga menjadi dasar alasan tindakan yang merusak adalah sepenuhnya tanggungjawab sang pengguna.
"Karena komponen inti dari kepimpinan adalah Manusia"